Masjid tua di Semarang punya cerita sendiri, dan salah satu benda yang bikin kami takjub adalah jam bandul kuno. Bukan cuma penunjuk waktu, tapi juga penambah estetika yang bikin interior masjid makin memesona. Bayangin, dulu orang-orang sholat sambil ditemani suara "tik-tok" jam ini, romantis banget, kan?
Kami sempat motret jam bandul di Masjid Pekojan pas bulan puasa kemarin. Entah kenapa, meski udah bolak-balik ke sini, baru kali ini kami ngeh sama pesona benda bersejarah ini. Mungkin karena suasana Ramadan yang bikin kami lebih peka, atau cuma karena kebetulan lagi iseng ngeliatin sudut-sudut masjid.
Bisa jadi, usia jam ini hampir setua masjidnya sendiri, yang udah dianggap cagar budaya. Benda ini kayak jembatan waktu, bikin kami ngerasa dekat sama sejarah Semarang. Apalagi, jam bandul ini mencerminkan akulturasi budaya yang kental di kota pelabuhan ini.
Dulu, Semarang kan jadi melting pot-nya pedagang Belanda, Tionghoa, dan Arab. Enggak heran kalau barang seperti ini sering diwakafkan oleh tokoh masyarakat atau pedagang kaya untuk masjid, sebagai simbol kebaktian dan kebersamaan.
Selain di Masjid Pekojan, kami juga nemuin jam bandul serupa di Masjid Kauman, Masjid Agung Semarang, dan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Tiap masjid punya cerita unik, tapi jam-jam ini kayak benang merah yang menghubungkan sejarah dan budaya. Kamu pernah notice jam bandul kuno di masjid-masjid ini nggak? Ceritain dong di kolom komentar, atau share pengalamanmu pas jelajah masjid tua di Semarang!
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar